Senin, 14 April 2014

Prosesi Semana Santa di Larantuka


Larantuka, atau Tana Nagi dikenal dengan nama 'Kota Reinha' merupakan salah satu kota pusat pengembangan agama Katolik di wilayah timur Nusantara, tepatnya di wilayah Kabupaten Flores Timur-NTT. Kota Larantuka terletak di ujung timur pulau Flores di kaki gunung Ile Mandiri.


Kota Larantuka di kaki gunung Ile Mandiri

Salah satu ritual agama yang terus dilakukan tiap tahun hingga saat ini adalah penghayatan agama seputar "Semana Santa" dan Prosesi Jumad Agung. Ritual tersebut merupakan suatu masa persiapan hati seluruh umat Katolik secara tapa, silih dan tobat atas semua salah dan dosa, serta suatu devosi rasa syukur atas berkat dan kemurahan Tuhan yang diterima umat dari masa ke masa dalam setiap kehidupannya. Doa yang didaraskan, maupun lagu yang dinyanyikan selama masa ini menggunakan bahasa Portugis / Latin.

Semana Santa adalah istilah orang nagi Larantuka mengenai masa menjelang hari raya Paskah yang diwarnai dengan kegiatan doa bersama (mengaji) pada kapela-kapela (tori) dan dilaksanakan selama pekan-pekan suci. Orang nagi Larantuka memaknai masa Semana Santa sebagai masa permenungan, tapa, sili dosa dan tobat.


Rabu Trewa

Pada hari ini selain doa dan mengaji di kapela-kapela, pada sore hari diadakan lamentasi (Ratapan Nabi Yeremia) di gereja Katedral. Lamentasi dilakukan menurut ritus Romawi jaman dahulu. Pada saat ini, Larantuka menjadi "Kota berkabung"; sunyi senyap, tenang, jauh dari hingar binger, konsentrasi pada kesucian batin dan kebersihan hidup.


Kamis Putih

Siang hari di " Larantuka yang hening mencekam" dilakukan kegiatan "tikan turo" (menanam tiang-tiang lilin) pada sepanjang jalan raya yang menjadi rute prosesi. Tugas ini dilakukan oleh para mardomu sesuai "promesa-nya" (nasarnya). Aktivitas pada kapela Tuan Ma berlangsung dengan upacara "Muda Tuan" (upacara pembukaan peti yang selama satu tahun ditutup) oleh petugas Confreria yang telah diangkat melalui sumpah.

Selanjutnya Arca Tuan Ma dibersihkan dan dimandikan kemudian dilengkapi dengan busana perkabungan, sehelai mantel beludru biru. Setelah itu kesempatan diberikan kepada umat untuk berdoa, menyembah, bersujud mohon berkat dan rahmat, kiranya permohonannya dikabulkan oleh Tuhan Yesus melalui perantaraan Bunda Maria (Per Mariam ad Jesum). Pintu kapela Tuan Ma dan Tuan Ana baru dibuka pada pagi pukul 10.00.

Sesuai tradisi,  Raja keturunan Diaz Viera Godinho yang membuka pintu kapela. Sesudah dibuka baru dimulai kegiatan pengecupan Tuan Ma dan Tuan Ana (Cium Tuan) yang berlangsung dalam suasana hening dan sakral.


Jumat Agung

Prosesi Jumat Agung merupakan perarakan menghantar jenasah Yesus Kristus yang memaknai Yesus sebagai inti sedangkan Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda yang bersedih, Bunda yang berduka cita (Mater Dolorosa).Pada hari Jumad pagi sekitar pukul 10.00 wita, ritus Tuan Meninu dari Kota Rewido digelar. Setelah berdoa di kapela, Tuan Meninu diarak lewat laut dengan acara yang semarak nan sakral. Prosesi laut melawan arus ini berakhir di Pante Kuce, depan istana Raja dan selanjutnya diarak untuk ditakhtakan pada armida Tuan Meninu di Pohon Sirih

Peti Tuan Meninu di bawa dr Kapela Tuan Meninu menuju Pledang untuk selanjutnya diarak dalam Prosesi Laut


Tuan Meninu dalam Pledang (perahu tradisional dlm prosesi laut


Peti Tuan Meninu dihantar dr Kapela Tuan Meninu menju ke Pledang (perahu tradisional) untuk selanjutnya dilakukan perarakan -Prosesi laut menuju Armida Pohon Siri
.Setelah itu Arca Tuan Ma pun diarak dari kapela-Nya menuju Gereja Kathedral. Pada sore hari pukul 15.00, patung Tuan Missericordia juga diarak dari kapela Missericordia Pante Besar menuju armidanya di Pohon Sirih.





Barisan Confreria dalam perarakan Tuan Ma menuju Katedral 

Patung Tuan Ma



Kemudian Peti berisi Tuan Ana akan dikeluarkan dari Kapela Tuan Ana dan bersama-sama dengan Arca Tuan Ma diarakmenuju Katedral untuk kemudian diarak pada saat Prosesi di Jumat Agung pada malam hari.







Peti Tuan Ana dikeuarkan dari Kapela Tuan Ana  dan
bersama-sama dengan Arca Tuan Ma dihantar ke Katedral

Dalam pelaksanaannya, perjalanan prosesi mengelilingi kota Larantuka menyinggahi 8 buah perhentian (armada) yakni : (1) Armida Missericordia, (2) Armida Tuan Meninu (armada kota), (3) Armida St. Philipus, (4) Armida Tuan Trewa, (5) Armida Pantekebi, (6) Armida St. Antonius, (7) Armida Kuce Armida, dan (8) Armida Desa Lohayong. Urutan armada ini menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke AllahNya (Missericordia), kehidupan manusiaNya dari masa Bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaanNya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.



Lakademu (berbaju putih dengan tpi kerucut warna merah) 
mengusung Peti Tuan Ana dalam Prosesi Jumat Agung.



Barisam Imam dalam dalam  Prosesi Jumat AGung


Sabtu Santo
Pada pagi hari umat mengarak kembali Tuan Ma dan Tuan Ana dari Gereja Kathedral untuk disemayamkan di kapelanya masing-masing. Pun juga patung Tuan Missericordia dan Tuan Meninu diarak dari armidanya kembali ke kapelanya.

Minggu Paskah
Pada hari Minggu Paskah terjadi upacara Ekaristi Paskah di Gereja, sedangkan sorenya umat bersama irmau dan pesadu Confreria menghantar patung Maria Alleluya dari kapela Pantekebis ke Gereja Kathedral untuk disemayamkan selama upacara ekaristi.

Selesai perayaan ekaristi, patung Maria Alleluya diarak kembali ke kapela Pantekebis; setelah pentakhtaan patung Maria Alleluyah, dilakukan acara "sera punto dama" dari para mardomu pintu Tuan Ma dan Tuan Ana yang lama kepada yang baru. Acara "sera punto dama" juga dilakukan di Kapela Missericordia Pante Besar setelah mengaji Alleluyah selesai.

Dengan demikian, berakhirlah prosesi suci yang panjang; Semana Santa dengan Sesta vera sebagai mahkotanya. Sebagai budaya sakral warisan Portugis, ritus suci digelar juga di Konga dan Wureh.



Hingga saat ini, tradisi tersebut terus dilaksanakan. Bahkan pelaksanaannya tidak saja dihadiri oleh masyarakat atau umat setempat. Masyarakat domestik dari berbagai daerah dan para peziarah ataupun wisatwandari luar negeri pun turut hadir dalam perayaan Semana Santa dan Sesta Vera tersebut. 

Selasa, 01 April 2014

Senja di Kawaliwu, Larantuka, Flores

Entah terinspirasi oleh apa.. tiba2 setelah kutinggalkan 5 tahun lamanya.. iseng2 kubuka lagi Blog-ku... dan memang saya tdk begitu senang dan tdk tau menulis yg baik di Blog. So, kucoba coretan kecil ini. tentang keindahan senja di Kawaliwu, sebuah desa di utara kota Larantuka, ibukota Kabupaten Flores Timur, NTT.

Sore itu dengan semangat '45, saya mantapkan tekad untuk menuju ke salah satu desa di bagian utara kota Larantuka, Kawaliwu namanya, hanya dalam waktu 45 menit dan melewati jalan yg setengahnya aspal hotmix dan setengahnya jalan aspal tapi sudah lubang2... akhirnya sampe juga di tempat tujuan...
Tiba disana, ternyata sang mentari pun masih bersinar terang.. artinya masih cukup waktu dan tepat juga perhitunganku untuk datang ke tempat ini untuk menyaksikan dan mengabadikan sang surya kembali ke peraduannya... 

Memasuki desa tersebut dan tiba di pantai.. tampak nyiur melambai... pohon2 kelapa yg menjulang tinggi  ... khas pantai2 di utara Larantuka...

Pantai Kawaliwu yang indah dengan air laut yang tenang sangat cocok untuk tempat melepas lelah dari kepenatan seharian bekerja... 
Kususuri pantai yang indah, dan tiba di sebuah sumur... Aneh memang, di tepi pantai ada sumur dengan air tawar.. tempat masyarakat desa mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya... 
Kawaliwu.. adalah tempat favorit untuk menyaksikan keindahan matahari terbenam.. saat sang surya kembali ke peraduannya... 
keindahan Sunset di Kawaliwu sungguh luar biasa..



So.... kalo sempat.. datanglah.. ke Kawaliwu...